A. Tujuan
Akhir dan Tujuan Intermedier sebagai Dasar Motivasi
1.
Tujuan
akhir sebagai dasar filosofis
Setiap cabang pendidikan dan pengajaran
memiliki pedoman umum untuk menentukan tujuan dan hasil akhir. Pedoman itu akan
cenderung bersifat filosofis dan politis karena tujuan itu ditetapkan sebagai
peraturan atau undang-undang. Indonesia sendiri telah menerapkan dasar, tujuan
dan system pendidikan nasional secara umum, yakni Pendidikan Nasional
Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah, pendidikan angkatan bersenjata, kejuruan dan sebagainya.
Dari rumusan tersebut dijelaskan secara rinci,
bahwa prinsip untuk membentuk manusia atau warga Negara kriterianya sebagai
berikut :
a.
Susila: berbudi
luhur, tenggang rasa, takwa pada Tuhan YME, mempertinggi budi perkerti.
b.
Cakap: Memiliki
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan dapat mengembangkan kreativitas.
c.
Sosial :Sikap
demokratis, mencintai sesama manusia, mempertebal semangat kebangsaan.
Dalam
unsur demokratis akan didapat tiga prinsip, yakni ;
1)
Rasa
hormat terhadap pribadi atau harkat sesama manusia;
2)
Kepercayaan
bahwa setiap manusia bisa mempunyai pikiran;
3)
Kerelaan
berbakti kepada kesejahtraan umum.
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia adalah
ingin membentuk manusia yang Pancasilais, yang ingin membentuk manusia-manusia
pembangunan. Adapun ciri-ciri manusia pembangunan:
a)
Takwa
kepada Tuhan YME, sehat jasmani maupun rohani;
b)
Memiliki
pengetahuan dan keterampilan;
c)
Dapat
mengembangkan kreativitas dan penuh tanggung jawab;
d)
Dapat
menyuburkan sikap demokratis, penuh tenggang rasa dan saling hormat
menghormati;
e)
Dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur dan
susila;
f)
Memiliki
semangat kebangsaan dan mencintai tanah airnya;
g)
Mencintai
semua manusia dan selalu berusaha menggalang persatuan;
h)
Dapat
membangun dirinya sendiri dan memperhatikan pembangunan masyarakat pada
umumnya.
Ada yang menyebutkan tujuan pendidikan itu
pada hakikatnya memanusiakan manusia, atau mengantarkan anak didik untuk dapat
menemukan jati dirinya. Tujuan ini memiliki arti filosofis, bahwa memanusiakan
manusia, berarti ingin menempatkan manusia-manusia Indonesia sesuai dengan
proporsi dan hakikat kemanusiaannya. Agar manusia menemukan jati dirinya.
Dengan menyadari dan memahami “siapa Dia”,” mengapa dia diadakan kedunia
ini”dan “harus kemana nantinya”. Konsepsi seperti ini sangat penting sebagai
landasan filosofis dan dasar motivasi untuk melakukan aktivitas
belajar-mengajar. Sebab, manusia nelajar harus juga terarah pada pembentukan
diri manusia agar dapat menemukan kemanusiaan dan menemukan jati dirinya
sendiri.
Manusia yang mampu menemukan dirinya itulah
sebenarnya yang dikatakan manusia yang utuh, manusia yang selaras, serasi dan
seimbang, atau manusia pancasilais. Manusia yang seperti itulah yang diharapkan
oleh seluruh bangsa Indonesia seperti dirumuskan dalam GBHN, yang merupakan
manifestasi dari amanat pembukaan UUD 1945. Dalam konteks tujuan pendidikan
atau pengajaran, terwujudnya manusia-manusia pembangunan itu adalah merupakan
tujuan akhir.
2.
Tujuan
intermedier sebagai motivasi operasional
Untuk mencapai tujuan terbentuknya
manusia-manusia yang mampu menemukan jati dirinya, manusia-manusia dengan
ciri-ciri yang dikemukakan diatas, memerlukan kerja serius, efisien, sistematis
dan materi atau komponen-komponen yang relevan. Diharapkan tujuan yang bersifat
normatif, sangat umum dan luas itu, mendapat bentuk yang nyata. Secara umum
disebut dengan kurikulum.
Untuk mencapai tujuan akhir, atau tujuan
secara umum ( misalnya di beri symbol T), diperlukan pencapaian tujuan yang
lebih mudah atau khusus (misalnya di beri symbol t1,t2,t3,t4,dan seterusnya). Tercapainya
tujuan : t1,t2,t3,t4,dan seterusnya. Berarti akan tercapai tujuan umum atau
akhir (T).
Tujuan t1,t2,t3,t4, dan seterusnya yang
bersifat khusus atau konkrit itu disebut tujuan intermedier, tujuan terminal
atau ada yang mengatakan tujuan sementara atau tujuan dekat. Tujuan intermedier
(a) itu sebenarnya bersumber atau merupakan penjabaran dari tujuan akhir (A),
dan berfungsi mempermudah bagi guru untuk mendekati realisasinya, baik itu yang
dicapai secara bertingkat atau bertahap, bahkan mungkin secara serempak.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan
dan pengajaran sebenarnya berjenjang atau bertingkat. Menurut rumusan secara
formal ada beberapa jenjang tujuan pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a.
Tujuan
Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai
pada tingkat nasional. Hasil pencapaiannya akan berwujud : warga Negara yang
berkepribadian nasional yang bertakwa kepada Tuhan YME, bertanggung jawab atas
kesejahtraan masyarakat, bangsa dan tanah air.
b.
Tujuan
institusional
Yakni merupakan tujuan pendidikan yang ingindicapai pada tingkat
lembaga pendidikan. Hasilnya berwujud tamatan sekolah SD, SMA/MA dan Perguruan
Tinggi yang mampu melaksanakan bidang pekerjaan tertentu.
c.
Tujuan
Kurikuler
Adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat mata
pelajaran atau bidang studi-bidang studi. Hasinya berwujud bidang seperti studi
Geografi, Sejarah, Matematika, dan lainnya.
d.
Tujuan
Instruksional/Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Hasinya berupa
terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan kemampuan teknologinya.
Dengan empat macam jenjang tujuan pendidkan
diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan Instruksional/pengajaran akan
senantiasa merupakan tujuan paling awal dan sekaligus merupakan dasar untuk
mencapai jenjang tujuan berikutnya. Tercapainya tujuan instruksional dari
setiap lembaga pendidikan, akhirnya akan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
sebagai tujuan akhir yang bersifat abstrak dan normatif.
B.
Tujuan Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal dengan
istilah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran inilah yang merupakan hasil
belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar dibawah bimbingan guru
dalam kondisi yang kondusif. Tujuan pembelajaran di bagi dua yaitu:
·
Tujuan
Instruksional / tujuan umum pengajaran (TUP) atau Tujuan Instruksional Umum
(TIU)
·
Tujuan
Instruksional/ tujuan khusus pengajaran (TKP) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Ada
beberapa rumusan mengenai TUP dan TIU :
1)
SK
Menteri pendidikan dan kebudayaan
No.8/U/1975,TIU diartikan sebagai tujuan-tujuan yang pencapaiannya
dibebankan kepada program pengajaran suatu bidang pelajaran.
2)
Menurut
Gene E.Hall dan Howarld L.Jones, TIU adalah pernyataan umum mengenai hasil
suatu program pengajaran.
3)
Dick dan
Carey ,TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan mengenai apakah kemampuan
yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia selesai mengikuti suatu pelajaran.
4)
Briggs,
TIU adalah pernyataan umum mengenai tujuan akhirdari program pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan
tujuan umum pengajaran/ pembelajaran itu adalah merupakan hasil belajar siswa
setelah selesai belajar, dan dirumuskan dengan satu pernyataan yang bersifat
umum.
Untuk membuktikan tercapai tidaknya tujuan
umum pengajaran itu, dapat dilihat dari pencapaian tujuan yang lebih
khusus(TKP/TIK). Dengan demikian, yang dimaksud TPK/TIK merupakan tujuan-tujuan
pengajaran yang bersifat khusus sebagai penjabaran dari tujuan umum pengajaran.
TPK/TIK ini lebih bersifat khusus dan konkrit, dalam arti dapat diukur atau
dapat diamati hasilnya. Untuk merumuskan TUP/TIU dan TKP/TIK dengan dua cara
sebagai berikut.
1.
Menggunakan
kata-kata yang dapat menunjukkan keumuman
untuk TIU, misalnya digunakan kata-kata : memahami, menghayati,
menyadari, mengetahui dan sebagainya. Sedangkan, untuk TKP/TIK Menggunakan kata-kata yang bersifat khusus
atau dapat diamati misalnya: menyebutkan, menjelaskan, menerangkan, menunjukkan.
Contoh :
§ TUP/TIU : Agar siswa dapat memahami tentang
jenis puisi.
§ TKP/TIK : Agar siswa dapat:
a.
Menyebutkan
macam-macam jenis puisi
b.
Menerangkan
ciri-ciri/sifat dari tiap jenis puisi.
2.
Menggunakan
luas sempitnya materi. TUP/TIU dirumuskan dengan sasaran materi yang luas/umum,
sedangkan TKP/TIK dirumuskan dengan materi yang merupakan penjabaran atau
bagian-bagian dari materi yang ada pada TUP/TIU.
Contoh :
§ TUP/TIU : Agar siswa dapat menjelaskan tentang
sejarah perlawanan Diponegoro.
§ TKP/TIK : Agar siswa dapat:
a.
Menjelaskan
sebab-sebab terjadinya perlawanan Diponegoro;
b.
Menyebutkan
tahun berlangsungnya perang Diponegoro;
c.
Menjelaskan
jalannya perang Diponegoro; dan
d.
Menjelaskan
akibat-akibat terjadinya perang Diponegoro.
REVIEW
HASIL TANGGAPAN DAN KOMENTAR DARI KELOMPOK 2
1.
Apakah
ada hubungan antara tujuan akhir dan tujuan intermedier dengan tujuan
pengajaran yang dilakukan seorang guru. Berikan alasannya! Jika ada bagaimana
kita sebagai calon guru menyiapkan hal tersebut untuk anak didik kita nanti?
Tanggapan:
Ketiga tujuan tersebut sangat berkaitan erat dengan pembentukan jati
diri manusia, jadi berhubungan langsung ketiga tujuan tersebut. Hal tersebut
tersirat dalam SK-KD yang mengindikatorkan siswa untuk mampu. jika
tujuan pengajaran guru tidak sesuai, itu artinya jalan menuju tercapainya
tujuan akhir akan terhambat dan tidak tercapai. jadi, tercapainya tujuan
pengajaran akan menjadi awal tercapainya tujuan akhir dan tujuan intermedier. Kita
juga harus memahami dulu tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran itu sendiri.
jika kita telah paham tentunya kita memiliki arah yang jelas dalam memberikan
pelajaran dan kita dapat menanamkan nilai-nilai kepada siswa dengan pemberian
pengalaman, mungkin bisa melalui model pembelajaran.
2.
"Dengan menyadari dan memahami
“siapa Dia”, ”mengapa dia diadakan kedunia ini”, dan “harus kemana nantinya”.
Konsepsi seperti ini sangat penting sebagai landasan filosofis dan dasar
motivasi untuk melakukan aktivitas belajar-mengajar."
Saya pernah membaca ada
konsep yang mirip dengan konsepsi diatas dari buku yang membahas ilmu tauhid
dalam agama Islam yang bahasannya mirip dengan kutipan makalah kelompok kalian.
yang berbunyi "Siapa yang menciptakan dirinya (manusia)?",
"hidup di dunia untuk apa?", dan "kemana ia setelah kehidupan
ini?"
Pertanyaan saya, mengapa konsep yang saya baca itu mirip dengan konsepsi yang kelompok kalian sampaikan?
Pertanyaan saya, mengapa konsep yang saya baca itu mirip dengan konsepsi yang kelompok kalian sampaikan?
Tanggapan:
Mengenai hal itu memang
konsep tersebut pada dasarnya sama yaitu menunjukkan tujuan manusia selama
hidup. Tapi, yang menjadi dasarnya adalah ilmu agama. Karena agama adalah
pendidikan dan sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Konsep mengenai agama itu
lebih luas dibandingkan konsep yang mungkin dibuat berdasarkan teori. Perlu diingat,
bahwa teori tidaklah selalu benar, ada saatnya teori tersebut dibantah maupun
hal yang lainnya.
3.
Apa yang dimaksud dengan manusia-manusia
pembangunan itu? Dan manusia pancasilais itu seperti apa, apakah sama dengan
manusia pembangunan?
Tanggapan:
apakah sama antara manusia pancasilais dengan manusia pembangunan? sama, karena pada dasarnya kedua manusia tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu membentuk manusia yang berkarakter serta berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan manusia itu sendiri.
apakah sama antara manusia pancasilais dengan manusia pembangunan? sama, karena pada dasarnya kedua manusia tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu membentuk manusia yang berkarakter serta berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan manusia itu sendiri.
manusia pembangunan
merupakan manusia yang dapat mengaktualisasikan potensi yang ada di dalam
dirinya, mempunyai inisiatif, dan dapat memecahkan bermacam persoalan yang
terjadi. manusia pancasilais adalah manusia yang memiliki pandangan hidup yang
diyakini, manusia pancasilais memandang bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dapat dijadikan pedoman dalam menjalani hidup. Jadi, pantas saja
apabila tujuan pendidikan nasional ingin membentuk semua orang menjadi manusia
yang pancasilais dan manusia-manusia pembangunan. Tetapi kenyataan di lapangan
hal itu sulit sekali terjadi.
Sebagai calon pendidik
selain mengajar kita berkewajiban membentuk anak didik kita nanti menjadi
manusia pancasilais dan manusia-manusia pembangunan, tetapi sebelum hal itu
kita lakukan marilah kita terapkan terlebih dahulu kepada diri kita
masing-masing.
4.
Untuk mencapai tujuan akhir maupun tujuan
intermedier., kira-kira menurut kelompok, apa sih yang menjadi hambatan dalam
mencapai tujuan2 tersebut? lalu bagaimana cara mengatasinya?
Tanggapan:
berbicara
tentang cara mencapai tujuan akhir maupun tujuan intermedier, tentunya tidak lepas
dengan norma, dimana norma di sini adalah kurikulum. kurikulumlah yang sampai
saat ini menjadi "hambatan" dalam pencapaian tujuan. Seperti yang
kita ketahui, kurikulum di Indonesia sangatlah sering "berevolusi"
atau “berkembang dinamis”. Sehingga cukup sulit untuk mengatasinya, tapi jika
guru bisa bersikap bijak, pastinya dia bisa menyesuaikan perkembangan yang
terjadi terus-menerus.
5.
Kalian menyebutkan tujuan pendidikan
nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat nasional.
Apakah dengan dilaksanakannya ujian nasional, tujuan pendidikan nasional itu
sudah tercapai? Menurut kalian, apakah ujian nasional itu perlu?
Tanggapan:
Jadi, ujian nasional
itu masih penting, karena merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah
dengan harapan mengetahui tingkat pemahaman siswa guna pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Namun tidak dipungkiri bahwa tingkat kecurangan masih
besar. Bukan dari pihak siswanya namun terkadang dari pihak sekolah tempat
belajar, karena takut malu bersaing dengan sekolah lain, serta faktor-faktor
lain yang menyertainya. Jadi menurut saya dengan dilaksanakan ujian nasional
atau tidak sekalipun bukan merupakan fakta kenyataan bahwa tujuan pendidikan
nasional tercapai.
6.
Menurut kalian apakah sudah sepenuhnya
tujuan akhir tersebut tercapai? Berikan alasan penguatnya. Lalu apa yang
menyebabkan hal itu bisa terjadi?
Tanggapan
Tidak sepenuhnya tujuan
akhir tersebut tercapai, alasannya masih banyak siswa yang tidak
mengaplikasikan apa yang mereka dapat dari pengajaran ke dalam dunia
nyata(pengaplikasiannya) hal ini menurut saya salah satu alasan penguat tujuan
akhir yang belum tercapai sepenuhnya, hal yang menyebabkan itu terjadi ada
berbagai faktor, salah satunya adalah fasilitas yang tidak memadai terutama
untuk mereka yang berada jauh dari pusat kota dan tidak tersentuh oleh
fasilitas yang seharusnya mereka dapat, ditambah lagi sumber daya dalam hal ini
tenaga pengajar yang tidak optimal dalam memberikan informasi atau pengajaran
terhadap siswanya.