Selasa, 30 April 2013

PEMBAHASAN MATERI "PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR"

PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal besar, yakni kemampuan mendesain program dan ketrampilan mengomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru.

A.    SEPULUH KOMPETENSI GURU
Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu dijabarkan sebagai berikut:

1.      Menguasai bahan
Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
       a.       Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
       b.      Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi.

2.      Mengelola program belajar-mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan intruksional atau pembelajaran.
b.      Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.
c.       Melaksanakan program belajar mengajar.
d.      Mengenal kemampuan anak didik.
e.       Merencanakan dan melaksanakan program remidial.

3.      Mengelola kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Seandainya belum kondisi yang kondusif, guru harus seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajan dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Berkaitan dengan hal tersebut, secara kongkret ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:
a.       langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif;
b.      guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas;
c.       sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang.
d.      guru harus selalu memerhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.

4.      Menggunakan media atau sumber
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media sebagai berikut:
a.       Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
b.      Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
c.       Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
d.      Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
e.       Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
f.       Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.

5.      Menguasai landasan-landasan kependidikan
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, didasari pada Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:
a.       Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b.      Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.

6.      Mengelola Interaksi Belajar-Mengajar
Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi belajar mengajar tersebut.

7.      Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan intruksional yang lebih tepat dan memadai.

8.      Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
Dalam tugas dan peranannya di sekolah, guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.

9.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.

10.  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.


B.  MICROTEACHING SEBAGAI LATIHAN MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR

      1.      Latar Belakang Timbulnya Microteaching
Tugas dan tanggung jawab guru adalah sangat luas, tetapi tugas mengajar di depan kelas merupakan salah satu tugas yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau tidaknya seorang guru sering diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan pandai kalau dapat mengajar di muka kelas dengan baik.

2.   Pengertian Microteaching
                 Microteaching merupakan salah satu usaha baru yang berorientasi pada upaya pengembangan dan peningkatan profesi guru, khususnya keterampilan mengajar di depan kelas. Dalam kegiatan ini mahasiswa atau calon guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk penampilan dan keterampilannya selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para supervisor. Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan serta disesuaikan dengan tujuan yang akn dicapai. Semua ini dalam ukuran mikro atau mini. Oleh karena itu, microteaching sering diartikan sebagai “mengajar dalam bentuk yang mini”.
                 Microteacing memiliki ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang dikontakkan terbatas, juga komponen mengajar yang dikembangkan terbatas.

3.    Maksud dan Tujuan Microteaching
                 Banyak lembaga pendidikan guru yang mencantumkan kegiatan microteaching sebagai bagian dari Program Praktik Kependidikan di dalam kurikulumnya. Dengan adanya Learning Resources Centre (LRC) di berbagai lembaga pendidikan, dapat menjadi wahana dan motivasi  untuk berkembangnya kegiatan microteaching ini. Program ini meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar, atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.
                 Konsisten dengan beberapa keterangan yang disinggung di muka, maka microteaching ini dimaksudkan membekali calon guru sebelum dia sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik mengajar.
                 Dikaitkan dengan kompetesi guru, microteaching sebenarnya merupakan suatu usaha pengembangan di kampus. Dengan model ini, kemudian dikembangkan lebih lanjut di lapangan melalui serangkaian kegiatan Praktik Kependidikan di sekolah tempat para mahasiswa/calon guru itu melakukan praktek mengajar.

C. BEBERAPA KOMPONEN KETERAMPILAN MENGAJAR
   1. Aspek materi, terdiri dari item-item :
             Pada bagian pertama ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana perhatian guru terhadap bahan yang akan di bahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaiman menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri pembahasan.

       a. Interes
            Interes adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pelajaran yang baru. Seseorang yang memasuki situasi baru secara mendadak sering timbul kejutan atau tekanan psikologis karena situasi yang lama masih membayangi pikiran atau perasaannya. Anak-anak yang habis bermain, pada waktu masuk ke dalam kelas untuk menerima pelajaran sering kita dengar masih membicarakan permainannya. Agar konsentrasi mereka dalam menerima pelajaran yang baru tidak terpecah, maka di perlukan adanya kesiapan.

  b. Titik Pusat
            Titik pusat adalah bahwa apa yang diuraikan , dikemukakan dan dijelaskan oleh guru benar-benar terpusat pada bahasa yang sedang di garap bersama.Guru sering tergiring ke arah  pembicaraan di luar pemasalahan pokok karena hadirnya pertanyaan siswa yang tidak relevan dengan bahasa. Dalam hal ini guru perlu tanggap , sehingga kalau pertanyaan ternyata menyimpang harus di arahkan atau di putus kata-kata yang halus dab edukatif. Kadang-kadang pula guru kehilangan tempat bepijaknya karena terlalu berapi-api dalam menjelaskan sehingga arah pembicaraannya kemudian justru menjadi menyimpang dari permasalahan pokoknya.

  c. Rantai Kognitif
            Rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahan pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar atau diketahui pada waktu guru menyampaikna pelajaran. Adakalanya pada persiapan sistematikanya sudah baik tetapi pada waktu penyampaian tidak sesuai., atau dengan kata lain rantai kognitifnya rusak atu jelek. Karena sistematika penyampaian yang jelek, maka siswa menjadi bingung dan sulit untuk menangkap pelajaran. Urutan yang baik adalah dari pengertian yang sederhana  menyju yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit.

 d.  Kontak
            Kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antar guru dan siswa dalam kaitanya dengan bahan yang sedang dibahas pertama. Hal ini tercermin terutama dalam tanggapan siswa baik mengenai sinar matanya maupun gerakan-gerakan anggota badannya. Kontak yang tidak baik misalnya siswanya kelihatan diam, tetapi tatapan matanya hampa hal ini menunjukan bahwa siswa tidak jelas atau tidak mengerti denagn uraian guru. Gerakan-gerakan anggota badan yang menunjukan kegelisahan dan acuh dapat pula dipandang sebagai gejala tidak baiknya kontak guru dengan siswa.

 e. Penutup
            Penutup disini sebagai cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan, kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian tujuan intruksional. Apabila dalam pengujian tersebut ternyata beberapa tujuan belum tercapai, maka guru wajib menjelaskan kemvbali scara singkat sehinggga tugasnya benar-benar dirasa tuntas.

2.      Model Kesiapan, terdiri dari item-item :
a. Gerak
b. Suara
c. Titik perhatian
d. Variasi penggunaan media
e. Variasi interaksi
f.  Isyarat
g. Waktu selang

 3.   Keterampilan Operasional, terdiri dari item-item :
   a. Membuka pelajaran
   b. Mendorong dan melibatkan siswa
   c. Mengajukan pertanyaan
   d. Menggunakan isyarat nonverbal
   e. Menanggapi siswa
   f. Menggunakan waktu
   g. Menutup pelajaran          


Sumber Rujukan:
A.M. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

 

Kamis, 25 April 2013

TUGAS IBM

Pertanyaannya:
"kedudukan guru mencerminkan profesionalitasnya, namun masih saja terdapat oknum guru yang menjadi "tim sukses" untuk Ujian Nasional anak didiknya." Kira-kira dalam hal ini siapa yang harus dibenahi?

Jawabannya:
Dari pertanyaan tersebut, menurut kelompok kami, ada tiga hal yang harus dibenahi mengenai tersebut. Diantaranya:

Guru
Mengapa harus guru?
Guru sebagai fasilitator harusnya sudah mempersiapkan anak didiknya lebih awal sebelum menjelang UN. Mengenai adanya "tim sukses" tersebut, hal itu justru membuat suatu pembodohan masal terhadap siswanya karena UN dianggap sebagai ujian biasa belaka, dan bahkan UN dianggap seperti mengisi LKS dengan kunci jawaban, hal itu ironis sekali. Memang guru tidak mau menginginkan muridnya tidak lulus karena hanya UN yang membuatnya jadi begitu dan juga guru tidak akan mudah mempersiapkan anak didiknya secara pasti. Tapi, jika guru tersebut gigih dalam memajukan anak didiknya dan juga guru mampu memberikan tumpuan pada anak didiknya, tidak ada yang tidak mungkin, UN pasti mudah diatasi.

Media
Mengapa harus media?
Kita ketahui sekarang, banyak media yang menyebarkan bahwa UN dianggap suatu masalah. Hal itu juga berdampak pada opini yang luas terhadap masalah UN tersebut. Memang media menyatakan itu bisa dianggap sebagai suatu kenyataan yang benar, tapi hal itu tetap saja menyakitkan. Itu malah menimbulkan persepsi masyarakat terhadap UN, bahwa UN itu adalah suatu hal yang ditakuti dan juga harus ditiadakan. Seharusnya, media harus membatasi hal itu, dan jangan dijadikan sebagai topik utama karena hal itu hanya menimbulkan argumen yang berkepanjangan dan tidak ada penyelesaian yang pasti.

Pemerintah, Sistem UN dan Kurikulum
Mengapa harus pemerintah, sistem UN dan kurikulum?
Tiga hal tersebut memang berkaitan satu sama lain. Kita ketahui bahwa UN terus meningkatkan standar nilainya diatas rata-rata, dan juga kurikulum terus berubah karena kebijakan pemerintah. Hal itu berdampak pada kecemasan guru dan siswa terhadap kebijakan tersebut. Dengan kata lain, kurikulum yang baru membuat guru panik mempersiapkan hal itu, dan juga siswa akan dihadapkan sistem UN yang membuat bingung, serta panik akan ditingkatkannya standar nilai kelulusan. Seharusnya pemerintah sudah mempersiapkan terlebih dahulu dalam hal mengembangkan sistem UN dan kurikulum secara pasti. Hal itu juga harus ada kerjasama dan sosialisasi dengan pihak guru agar dapat mengetahui, dan menghindari ketidakmungkinan guru dan murid terhadap informasi yang salah.